Selasa, 23 Juli 2013

Ateis dan Argumen-Argumennya (1)

(Sedikit oleh-oleh dari Prothumia camp)
Pernahkah anda mendengar tentang ateisme? Atau lebih jauh lagi, apakah anda pernah berjumpa dengan seorang ateis? Namun, mungkin pula anda bertanya, Apa itu ateisme dan ateis?

Ateisme adalah paham atau ajaran yang tidak percaya bahwa Allah ada, sedangkan ateis adalah orang-orang yang menganut paham ateisme tersebut. Dengan kata lain, jika Anda berbicara tentang Allah kepada seorang ateis, maka ia akan berkata bahwa Allah itu tidak ada, kita ada secara kebetulan dan tidak ada Pribadi yang berkuasa menciptakan kita. Kita adalah produk dari evolusi atau seleksi alam. Dalam hal ini, ada dua jenis ateis, yaitu ateis yang tidak percaya bahwa Allah itu ada, dan ateis yang percaya bahwa Allah itu tidak ada. Ateis yang pertama hanya tidak percaya akan adanya keberadaan Allah, namun ateis kedua meyakini bahwa sesungguhnya, tidak ada yang namanya Allah di dunia ini. Namun pada intinya, bagi mereka, tidak ada Allah.Nah, mengapa mereka dapat berkata bahwa Allah itu tidak ada? 

Salah satu alasan para ateis tersebut adalah bahwa sains dapat membuktikan bahwa keberadaan alam semesta ini dapat dijelaskan tanpa perlu campur tangan Allah. Menurut mereka, sains dapat menjelaskan tentang asal mula alam semesta. Sains juga dapat menjelaskan tentang asal mula manusia dan kehidupan di bumi ini. Mereka menyatakan bahwa hasil penelitian ilmiah yang didapat menunjukkan bahwa alam semesta terbentuk tidak seperti yang digambarkan dalam alkitab. Salah satu bidang penelitian ilmiah yang menyelidiki tentang asal mula alam semesta ini adalah kosmologi. Dari hasil observasi para ilmuwan, ditemukan bahwa alam semesta mengembang ke segala arah - seperti balon yang ditiup semakin besar. Hal ini mengimplikasikan bahwa alam semesta / jagat raya ini memiliki awal, dan teori mengenai awal alam semesta itu dikenal dengan teori Big bang (Ledakan Besar). Menurut teori ini, semua hal (ruang, waktu, materi, planet, bintang,dan semua yang ada di ruang angkasa) dimulai dari ledakan besar yang terjadi sekitar 15 juta tahun yang lalu. Dari ledakan tersebut, tercipta hukum hukum fisika, dan tercipta pula benda benda. Menurut ateis, ledakan tersebut terjadi dari suatu keadaan kosong/vakum yang terjadi dengan sendirinya. Hal ini dipercayai oleh para ateis, bahkan oleh para ilmuwan ateis terkemuka, yang menurut ukuran dunia, sangat pintar. Namun secara logika manusia, ledakan yang berasal dari suatu kekosongan/vakum tersebut tidaklah mungkin terjadi. Mengapa? Jika kita mau berpikir sejenak, maka kita akan mendapati bahwa segala akibat (materi/benda/alam semesta yang terjadi) pasti memiliki suatu penyebab di luar benda tersebut. Jika semua alam semesta ini terjadi dari ledakan besar (dan sebelum adanya ledakan tidak ada benda apa pun, bahkan tidak ada waktu), maka agar ada alam semesta seperti yang kita lihat sekarang, pasti ada Penyebab-di luar alam semesta ini-yang menciptakannya. Penyebab tertinggi yang merupakan pencipta itulah yang kita sebut sebagai Allah. Dan Allah tidak diciptakan oleh Penyebab lainnya, karena jika ia diciptakan, maka sudah pasti, ia bukanlah Allah. Oleh karena itu, kita menyebut Penyebab Tertinggi (ultimate), yang keberadaan-Nya adalah kekal, tidak ada awal dan tidak ada akhir, tidak diciptakan oleh apa pun atau siapa pun, sebagai Allah. Bagi kita yang percaya akan keberadaan Allah, teori Ledakan ini justru mengimplikasikan adanya Pencipta ledakan tersebut, yang kita sebut sebagai Allah. Tentang ketidaksesuaian proses penciptaan dari teori ilmiah dengan penuturan Alkitab, hal tersebut haruslah dilihat dari konteks penuturan kisah penciptaan dalam Alkitab. Karenanya, untuk dapat mengatakan bahwa teori sains dengan teori dalam Alkitab bertentangan, maka orang yang mengatakan hal itu seharusnya mempelajari alkitab dengan baik terlebih dahulu. Akan tetapi, di sisi lain, orang yang mengatakan bahwa teori ilmiah dan penuturan Alkitab berbeda, tetap tidak dapat menyangkal bahwa teori ilmiah tentang ledakan besar tersebut memerlukan Allah. Namun bagi para ateis tidaklah demikian. 

Salah satu ilmuwan ateis berkata bahwa ia tidak dapat terus berkata bahwa segala sesuatu dimulai dari Allah, karena jika demikian, maka ia akan menjadi malas karena tidak perlu berusaha untuk mencari penjelasan terhadap berbagai fenomena alam. Semua orang akan dapat langsung berkata bahwa fenomena tersebut disebabkan oleh Allah. Apakah demikian adanya bagi kita yang percaya adanya Allah? Lebih lanjut lagi, apakah itu artinya, orang yang percaya adanya Allah tidak bisa menjadi ilmuwan karena ia akan berkata bahwa segala sesuatu dimulai dari Allah? Tentu saja tidak. Jika memperhatikan sejarah ilmu pengetahuan, maka dapat dilihat betapa banyaknya ilmuwan yang percaya adanya Tuhan, dan betapa banyak karya mereka bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Justru ketika ilmuwan menyadari bahwa segala sesuatu dimulai dari adanya Allah, maka ia akan semakin berusaha untuk menyelidiki keagungan Allah melalui ciptaan-Nya di alam semesta ini, dan semakin dalam ia menyelidiki alam semesta ini, ia akan semakin mengerti dan mengagumi keagungan dan kehebatan Allah. Melalui keteraturan di alam semesta, kerumitan susunan DNA, dan ketelitian konstanta di alam ini (yang bukan diciptakan oleh manusia, melainkan sudah ada di alam dan hanya ditemukan oleh manusia), manusia akan dapat menyelami arti keterbatasan manusia, dan hanya siapa sesungguhnya yang mampu menciptakan semua itu. Jadi, seharusnya, orang yang percaya kepada Allah bukanlah orang yang malas, melainkan orang yang akan sangat tekun bekerja dan belajar untuk menyelidiki alam, karena semakin dalam ia belajar, semakin ia menyadari dirinya, dan semakin dalam ia percaya adanya Allah, dan semakin ia percaya adanya Allah, ia akan semakin ingin mengenal siapa Allah yang menciptakan hal-hal tersebut. Apakah orang yang percaya Allah akan mengatakan bahwa fenomena, seperti bencana alam, berasal dari Allah, sehingga tidak perlu diselidiki dan dipahami bagaimana dapat terjadi? Tentu saja, tidak. Justru orang yang percaya dan mengenal Allah yang benar akan giat menolong orang yang tertimpa musibah tersebut, serta akan mencari cara supaya orang-orang bisa selamat. Bagi kita yang percaya kepada Allah yang benar, bencana justru mengisyaratkan bahwa dunia ini perlu pemulihan dari Tuhan dan betapa orang-orang perlu untuk diselamatkan. Jadi, orang yang percaya dan mengenal Tuhan tidak akan berpangku tangan ketika ada bencana dan hanya berkata bahwa itu dari Tuhan. Malahan menurut saya, hanya orang yang tidak mengenal Tuhan yang dapat diam melihat bencana dan menyalahkan Tuhan sebagai pembawa bencana. Namun, mengapa ada ilmuwan pintar yang tekun namun tidak percaya adanya Allah yang hebat? Alkitab memberitahu bahwa meskipun apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, namun mereka tidak memuliakan Dia. Sebaliknya, pikiran mereka menjadi sia-sia dan pikiran mereka yang gelap menjadi bodoh (Roma 1:18-25). Sekarang, bagaimana dengan kita?

To be continued....

By: De