Jumat, 23 Oktober 2009

Su Ha

Berbahagialah orang yang Su Ha (Suci hatinya).

Su Ha ............

Orang yang sensitif terhadap virus kerusakan
orang yang tidak lengah terhadap pikiran jahat
orang yang tidak terbuai oleh tipuan hati
orang yang sadar saat dosa mengintip di depan pintu hatinya
orang yang tidak membiarkan hatinya dicemari oleh pikiran jahat
orang yang introspeksi diri every time
orang yang bersedia dikoreksi oleh kebenaran

------------------------------- because they will see God ----------

Rabu, 02 September 2009

Senangnya Belajar

Sekitar 2 bulan terakhir ini, saya belajar untuk mengaturkan kegiatan dalam pembinaan umat. Tidak terasa dari perencanaan awal (kurang lebih setahun lalu), tahun ini baru terlaksana. Dengan doa dan pertolongan Roh Kudus, ada semangat yang menggebu untuk terlibat lebih lagi dalam pembinaan. Tantangan cukup banyak. Mulai dari diri sendiri, kadang kadang ada rasa malas, capek dan tidak bersemangat, juga hal-hal lain yang menghalangi.

Namun satu hal yang pasti, setelah kegiatan pembelajaran itu dimulai ternyata, saya sendiri juga diberkati dengan pelajaran yang harus saya ikuti. Belajar memang tidak kenal dengan waktu dan usia, harus terus menerus. Saya baca artikel tentang "khotbah", di situ penulis artikel alam pendahuluan mengatakan bahwa seorang pengkhotbah yang terampil dan skillfull memiliki semangat belajar yang tinggi, dan seorang yang "gila" buku, setiap minggu paling tidak ada dua sampai tiga buku di tangan. Waduh.... mantep banget. Kalau bisa membaca tiga bulan dalam seminggu, pasti seru. Ini semacam impian, tetapi bisa dicapai, kalau mau berusaha dan berjuang.

Saat saya membaca artikel itu, rasanya "semangat belajar" kembali naik, rasa malas mulai bergeser, dan digantikan dengan "keinginan" mencari lewat bacaan, baik di internet maupun buku biasa. Apalagi sebagai guru tentu harus banyak belajar.

Rekan-rekan yang mengajar kiranya tidak berputus asa dalam menyediakan waktu dan melatih diri untuk terus bertumbuh, terus memiliki pengetahuan yang up to date. Kita perlu terus memperbaharui pemahaman kita. Peningkatan mutu pendidikan pribadi harus ditingkatkan melalui etos belajar sendiri yang konsisten. Selamat belajar.

Jumat, 05 Juni 2009

Hadapilah

Selalu ada hari dimana kita bekerja
Selalu ada masalah di dalam pekerjaan kita
Selalu ada cara untuk menghadapinya
Selalu ada implikasi baik positif maupun negatif
Hadapilah hari itu...... pekerjaan itu......

Jumat, 29 Mei 2009

Di Meja Kerja

Terhampar jadwal tugas
penuh dengan ketegangan
tuntutan dan target pencapaian

Membelah satu demi satu jadwal
Menjabar satu demi satu tugas

Mengerjakan satu demi satu kegiatan
Menghindari keluhan
Menjamu etos semangat kerja

Mengejar ide-ide membangun
Merumuskan serpihan pikiran
Mewacanakan dalam catatan

Akhirnya, diceritakan, disharingkan, diberikan......


Disela pekerjaan, Suatu usulan.

Masker Hidup Kita

Satu hari lagi, anugerah dari sang Khalik, bagi setiap mahkluk di bumi. Detak jam telah melewati satu detik lagi, hidup yang penuh arti, dikaruniakan bagi setiap insan yang sadar, sadar akan kasih setia-Nya, kuasa-Nya, sistem alam semesta yang rapi tersusun, dan Dialah penopangnya. Sungguh suatu anugerah yang besar kita boleh mengenal Dia.

Saat membaca majalah Tempo edisi minggu ke-4 Mei 2009, saya terkesan dengan promosi "masker" yang tercantum dalam satu halaman penuh. Ada berbagai produk masker dari berbagai negara dan berbagai merek. Masing-masing memiliki keunikan tersendiri dalam menjaring virus flu. Apalagi, virus tidak terditeksi dengan mata kita, bisa melewati udara dengan bebas. Ditambah lagi, berita "virus H1N1" yang menambah korban di negara Meksiko. Perlunya memiliki sebuah masker tentu tidak dapat dihindari. Masker bisa melindungi, paling tidak, tubuh dari virus yang mematikan itu. Ada satu produk yang dapat menjaring virus atau bakteri, saat virus tersebut sampai di bagian masker, maka dia akan di"matikan".

Saya teringat akan bahaya dosa, yang mirip virus mematikan, yang bisa saja masuk ke dalam pikiran, tanpa disadari, tidak terlihat, dan sangat berbahaya. Tentu harus ada masker rohani dalam hati dan pikiran kita. Terus saya renungkan, ternyata "firman Tuhan" itulah yang menjadi masker yang manjur. Virus dosa yang mematikan menyerang jalur operasional pengaturan hidup yaitu otak (nama lain: pikiran).

Pagi ini saya membaca renungan tentang perlengkapan rohani dalam Efesus 6:17, "dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah." Firman Tuhan seperti ketopong, pelindung kepala seorang tentara Romawi jaman dulu. Seperti Masker bagi hidung kita agar terhindar dari zat yang merusak tubuh. Sebagai orang percaya, saya juga perlu terus senantiasa menggunakan Masker "Firman Tuhan" ini.

Selamat......bekerja.....
bagi rekan-rekan yang sedang bergumul dengan pekerjaannya.

Kamis, 28 Mei 2009

Melihat dari Sisi Lain

Satu persoalan kalau dilihat hanya dari satu sisi, sisi kita sendiri tentu akan menjadi
sangat sulit untuk diselesaikan. Perlu dilihat dari berbagai sisi. Mungkin inilah
alasan kenapa setiap kali menghadapi persoalan kita perlu mencari teman, konselor,
atau orang yang berkompeten memberikan review dari sisi yang berbeda.

Seorang ayah, pulang ke rumah, tanpa basa-basi memarahi anaknya, yang pas waktu
sampai di rumah juga sedang ketakutan, karena dia mendapat nilai F dalam pelajaran
Matematika, barusan dimarah oleh guru di sekolah, barusan menerima godaan atau
mungkin ejekan dari teman sekelasnya. Dengan lesu, dia menerima "semprotan"
berharga dari papanya, yang sedang naik darah. Anak itu hanya diam saja. Dia tidak banyak berkata-kata.

Di dalam hatinya, dia hanya bertanya, apakah dosaku hari ini, sehingga aku mendapat
begitu banyak semprotan, ibarat serangga yang hanya sesuap nasi, harus terkapar karena
semprotan obat serangga. Mungkin demikian pikirannya. Dia tetap terdiam, tidak
berkata-kata.

Tetapi, anak itu cukup dewasa, dia berkata, untuk apa saya terus menerus menyesal
dan marah kepada orang tua saya. Mungkin papa ada masalah berat di kantor. Aku lebih baik diam saja.

Nah, anak ini melihat sisi lain, dia keluar dari kondisinya, walaupun ini susah, tapi dia sudah mencoba.

Salam dari: Orang yang ingin melihat dari sisi lain

Flash back

Melihat kembali
hari-hari yang indah

Mengenang kembali
momen yang singgah....namun lewat begitu saja

Menangkap kembali
setiap kesempatan
untuk berkarya,
untuk mencari makna,
untuk berbagi
untuk sesama

Mendapat kembali
serpihan makna hidup
anugerah sang pencipta

Menyimpan kembali
tenaga sumber karsa
untuk sebuah karya

Rabu, 27 Mei 2009

Lihat Kembali

Tidak banyak yang bisa kita lakukan
kalau hanya termenung
melihat ketidakberesan dalam diri

Tidak banyhak yang bisa kita lakukan
kalau hanya mengomentari
tanpa memberikan solusi

Tidak banyak yang bisa kita lakukan
kalau hanya mengkritik
tanpa ada masukan yang membangun

dan

Tidak banyak yang bisa kita lakukan
kalau hanya berpangku tangan
tanpa tindakan.

Sabtu, 31 Januari 2009

Disiplin

Kata disiplin bertautan erat dengan kata "murid" dalam bahasa Inggris, yaitu disciple, oxford learner's pocket dictionary memberikan penjelasan tentang arti dari kata tersebut demikian, "follower of a religious, political, etc. leader". Disciple/murid ini adalah pengikut dari pemimpin agama atau politik, atau pemimpin lainnya.
Orang yang mau menjadi pengikut tentu harus memiliki disiplin, ada aturan yang harus dijalani, ada latihan yang mau tidak mau harus dilakoni. Ujungya, setelah dia belajar, maka dia memiliki status sebagai murid, kalau dia murid, maka dia harus memiliki disiplin.
Kita semua yang pernah menjadi murid, masih terus belajar tentang disiplin. Sungguh indah, jika di dalam sebuah masyarakat ada disiplin, masyarakat yang berjiwa disciple, yang mau belajar dan menumbuhkan sikap hidup disiplin, suasana akan menjadi lebih baik. Sedikit pelanggaran yang akan terjadi. Perkembangan kebudayaan akan maju pesat. Masyarakat akan bertumbuh menjadi masyarakat yang berdisiplin dan dihormati.
Kita patut bersyukur, pemerintah di negara kita juga berjuang untuk menegakkan disiplin. Sebagai orang awam, saya melihat dari hal yang sederhana. Ketaatan berlalu lintas menunjukkan tingkat disiplin setiap masyarakat. Saat ini, di kota tempat saya tinggal, khususnya di perempatan jalan, telah dipasang lampu lalu lintas, kemudian ada jam digital yang memberikan petunjuk tentang lamanya lampu akan berpindah, baik dari hijau, ke kuning atau ke merah. Jam tersebut memberikan panduan agar disiplin itu bisa terwujud.
Saya senang melihat usaha yang dilakukan oleh pemerintah kota untuk menertibkan pelalu lintas, termasuk saya salah satunya. Memang, dalam kenyataan tetap saja ada yang belum terbiasa. Namun, kritikan bukan jalan terbaik untuk menaikkan tingkat disiplin seseorang. Mungkin, lebih baik setiap orang yang berdisiplin, memberikan contoh disiplin, akhirnya bisa ditiru. Setiap orang tentu memiliki sense of discipline yang tersembunyi.
Kiranya, setiap orang bisa menjadi seorang yang berdisiplin, baik di masyarakat, keluarga, dan di mana saja. Ayo ..... tingkatka disiplin kita....

Jumat, 30 Januari 2009

Kemeriahan Imlek tahun ini

Tahun 2560, tahun baru imlek, tahun yang bisa dihitung dari perkiraan tahun kelahiran Filsuf Kong Tze, 551 + 2009. Tahun ini, di kota kelahiranku begitu meriah. Malam menyambut tahun baru imlek diwarnai dengan indahnya kembang api yang kurang lebih 1 jam dibunyikan di sepanjang jalan Gajahmada (china town-nya Pontianak). Banyak orang berduyun-duyun, berjalan kaki, naik motor roda dua, dan bahkan mengendari roda empat, berdempet-dempetan di jalan, untuk menyaksikan perayaan malam imlek. Saya hanya mendengar suara kembang api yang menggelegar di langit yang cerah. Sekali-kali saya keluar rumah untuk melihat-lihat. Saya senang bukan karena hanya acara yang meriah, kembang api yang begitu banyak diluncurkan ke langit, tetapi ada yang lebih "heboh" dan "meriah", yaitu kami sekeluarga bisa berkumpul di rumah orang tua. Waktu kami bisa menghabiskan bersama untuk bercerita. Ini memang bukan di malam imlek, tetapi di hari pertama (ciu it - dialek tiociu). Kami berkunjung, bercerita di rumah sanak famili bersama papa dan mama.
Kemeriahan semakin nyata, saat suasana aman dan terkendali. Tidak ada kejadian yang menakutkan. Tidak ada keributan yang menghantui kami merayakan tradisi imlek ini. Memang, musim semi tidak ada di Pontianak, tetapi warisan tradisi musim semi, sebagai momen untuk bersyukur pada Tuhan yang memberi kehidupan bagi umat manusia. Saya, merayakan dengan ucapan syukur pada Tuhan Yesus yang telah memberikan makna hidup yang sesungguhnya, yaitu pembebasan dari dosa, kekuatan menjalani hidup ini.
Kemeriahan semakin nampak, saat saya menyadari tahun ini, tahun kembali bersatu dengan keluarga besar.