Sabtu, 31 Januari 2009

Disiplin

Kata disiplin bertautan erat dengan kata "murid" dalam bahasa Inggris, yaitu disciple, oxford learner's pocket dictionary memberikan penjelasan tentang arti dari kata tersebut demikian, "follower of a religious, political, etc. leader". Disciple/murid ini adalah pengikut dari pemimpin agama atau politik, atau pemimpin lainnya.
Orang yang mau menjadi pengikut tentu harus memiliki disiplin, ada aturan yang harus dijalani, ada latihan yang mau tidak mau harus dilakoni. Ujungya, setelah dia belajar, maka dia memiliki status sebagai murid, kalau dia murid, maka dia harus memiliki disiplin.
Kita semua yang pernah menjadi murid, masih terus belajar tentang disiplin. Sungguh indah, jika di dalam sebuah masyarakat ada disiplin, masyarakat yang berjiwa disciple, yang mau belajar dan menumbuhkan sikap hidup disiplin, suasana akan menjadi lebih baik. Sedikit pelanggaran yang akan terjadi. Perkembangan kebudayaan akan maju pesat. Masyarakat akan bertumbuh menjadi masyarakat yang berdisiplin dan dihormati.
Kita patut bersyukur, pemerintah di negara kita juga berjuang untuk menegakkan disiplin. Sebagai orang awam, saya melihat dari hal yang sederhana. Ketaatan berlalu lintas menunjukkan tingkat disiplin setiap masyarakat. Saat ini, di kota tempat saya tinggal, khususnya di perempatan jalan, telah dipasang lampu lalu lintas, kemudian ada jam digital yang memberikan petunjuk tentang lamanya lampu akan berpindah, baik dari hijau, ke kuning atau ke merah. Jam tersebut memberikan panduan agar disiplin itu bisa terwujud.
Saya senang melihat usaha yang dilakukan oleh pemerintah kota untuk menertibkan pelalu lintas, termasuk saya salah satunya. Memang, dalam kenyataan tetap saja ada yang belum terbiasa. Namun, kritikan bukan jalan terbaik untuk menaikkan tingkat disiplin seseorang. Mungkin, lebih baik setiap orang yang berdisiplin, memberikan contoh disiplin, akhirnya bisa ditiru. Setiap orang tentu memiliki sense of discipline yang tersembunyi.
Kiranya, setiap orang bisa menjadi seorang yang berdisiplin, baik di masyarakat, keluarga, dan di mana saja. Ayo ..... tingkatka disiplin kita....

Jumat, 30 Januari 2009

Kemeriahan Imlek tahun ini

Tahun 2560, tahun baru imlek, tahun yang bisa dihitung dari perkiraan tahun kelahiran Filsuf Kong Tze, 551 + 2009. Tahun ini, di kota kelahiranku begitu meriah. Malam menyambut tahun baru imlek diwarnai dengan indahnya kembang api yang kurang lebih 1 jam dibunyikan di sepanjang jalan Gajahmada (china town-nya Pontianak). Banyak orang berduyun-duyun, berjalan kaki, naik motor roda dua, dan bahkan mengendari roda empat, berdempet-dempetan di jalan, untuk menyaksikan perayaan malam imlek. Saya hanya mendengar suara kembang api yang menggelegar di langit yang cerah. Sekali-kali saya keluar rumah untuk melihat-lihat. Saya senang bukan karena hanya acara yang meriah, kembang api yang begitu banyak diluncurkan ke langit, tetapi ada yang lebih "heboh" dan "meriah", yaitu kami sekeluarga bisa berkumpul di rumah orang tua. Waktu kami bisa menghabiskan bersama untuk bercerita. Ini memang bukan di malam imlek, tetapi di hari pertama (ciu it - dialek tiociu). Kami berkunjung, bercerita di rumah sanak famili bersama papa dan mama.
Kemeriahan semakin nyata, saat suasana aman dan terkendali. Tidak ada kejadian yang menakutkan. Tidak ada keributan yang menghantui kami merayakan tradisi imlek ini. Memang, musim semi tidak ada di Pontianak, tetapi warisan tradisi musim semi, sebagai momen untuk bersyukur pada Tuhan yang memberi kehidupan bagi umat manusia. Saya, merayakan dengan ucapan syukur pada Tuhan Yesus yang telah memberikan makna hidup yang sesungguhnya, yaitu pembebasan dari dosa, kekuatan menjalani hidup ini.
Kemeriahan semakin nampak, saat saya menyadari tahun ini, tahun kembali bersatu dengan keluarga besar.