Rabu, 05 November 2008

Cerita Pengalaman Musa

Pengantar:
Siapa yang tidak kenal saya. Apalagi di tengah orang Israel. Saya adalah salah satu tokoh yang dikenal bukan saja orang Yahudi, orang Mesir, bahkan anak-anak sekolah minggu kenal saya. Saya lahir di Mesir dari keluarga Lewi. Papa dan mama adala orang Lewi. Orang Lewi adalah suku bangsa yang dipilih Tuhan untuk melayani di bait Allah. Saya besar karena diasuh oleh mama kandung. Mama angkatku adalah Puteri Firaun. Saya belajar banyak ilmu pengetahuan di Mesir tetapi karena saya membunuh tentara Mesir karena mau membela saudara sebangsaku, saya lari ke Midian.
Di Midian, saya menjadi menantu Yitro, nama istriku Zipora, dan Tuhan mengaruniakanku anak laki-laki, saya menamainya Gersom.

Tuhan memanggilku saat saya sedang menggembalakan kambing domba, saya sangat terkejut melihat semak belukar mengeluarkan api. Saya mendengar suara Tuhan. Dia menyuruhku untuk pergi ke Mesir dan membawa bangsa Israel, bangsaku, keluar dari Mesir. Saya menolaknya, tetapi Tuhan sudah menetapkanku menjadi hamba-Nya, akhirnya saya taat, karena Tuhan menolongku melalui Abangku Harun.

Saya belajar untuk bersabar terhadap bangsa Israel yang tegar tengguk dan keras kepala. Dulu pernah dua kali membuatku marah, saat di Mara dan di padang gurun. Kali ini, saya mau menceritakan sebuah peristiwa yang sangat mengecewakan saya. Sampai-sampai Tuhan ingin membinasakan bangsa Israel yang telah keluar dari Mesir.

Begini ceritanya:

Waktu itu, Tuhan menyuruhku naik ke gunung Sinai. Segala urusan dengan bangsaku, aku serahkan kepada Harun. Kemudian aku naik ke gunung Sinai, di tempat inilah, Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya. Orang Israel tidak boleh mendekat pada gunung ini, hanya aku sendiri yang boleh mendekat. Bangsaku pun takut untuk mendekatinya, karena tempat ini kudus, dan mereka bisa dihukum karena mendekati kaki gunung ini. Tuhan memberikan hukum-hukum bagi bangsa pilihannya, yaitu Israel. Anda mungkin tahu bahwa ada 10 puluh hukum yang Allah berikan kepadaku, yang ditulis oleh Allah sendiri di dua loh batu.
Aku tinggal di gunung ini selama 40 hari 40 malam. Kurang lebih satu bulan lebih sembilan atau sepuluh hari. Waktu yang cukup lama tentunya. Mungkin waktu yang lama itulah yang menyebabkan bangsaku, yaitu bangsa Israel tidak sabaran. Mereka mungkin berpikir aku telah mati dan tidak ada berita. Mereka mungkin ragu apakah aku masih bisa dipercaya. Bayangkan satu bulan lebih tidak ada kabar berita. Anda mungkin bisa membayangkan kalau negara Indonesia, presidennya tidak ada di negaranya selama satu bulan, bukankah rakyat akan bertanya-tanya. Itu juga yang dirasakan oleh bangsaku. Mereka pikir aku telah tiada. Itulah alasannya, mereka mulai menyuruh Harun untuk membuatkan patung lembu emas bagi mereka. Harun didesak, dia juga takut akan bangsa yang keras kepala ini. Dia mengiyakan permintaan mereka. Dia mengumpulkan semua perhiasan emas yang mereka punyai. Heran sekali, semua orang yang memiliki anting-anting, kalung, gelang, dan perhiasan lainnya, semua dari emas, langsung diberikan kepada Harun. Harun mengolahnya, dibakarnya, kemudian dibuatnya menjadi sebuah patung lembu. Patung lembu ini terbuat dari mas, maka disebut patung lembu emas.

Ketika aku turun dari gunung Sinai, aku mendengar suara yang begitu ramai, itu bukan suara perang, tapi suara nyanyian. Bangsaku sedang bersukaria, mereka bernyanyi bersaut-sautan. Suasana yang begitu meriah. Mereka menyembah patung itu dan lupa akan Tuhan Allah yang sebenarnya. Aku sangat kecewa. Barusan aku menerima 10 perintah dari Tuhan. Hukum kedua mengatakan jangan membuat patung menyerupai apapun baik di langit, di darat atau di laut, lalu menyembahnya. Itu adalah perintah Tuhan Allah. Sekarang bangsaku membuat patung dan menyembahnya. Sungguh sesuatu yang membuatku berduka. Bapa ibu saudara tentu tahu hukum kedua, kita tidak boleh menyamakan Tuhan dengan buatan tangan kita. Tuhan itu besar dan Tuhan itu pencipta kita. Kita tidak boleh mengagungkan kemampuan diri kita, kemampuan ekonomi kita, kepintaran otak kita, kehebatan-kehebatan yang kita miliki. Lalu kita menyamakan itu dengan Tuhan. Itu tidak boleh. Itu dilarang oleh Tuhan.

Melihat kondisi bangsaku, aku marah besar, 2 loh batu di tanganku, aku pecahkan. Dua loh yang berisi perintah Tuhan, aku pecahkan, mengapa? Karena bangsaku sudah melanggar semua perintah yang Tuhan berikan. Dua loh batu tanda perjanjian bangsaku dengan Tuhan telah dibatalkan. Mereka sekarang tidak lagi mendapatkan berkat perjanjian. Mereka akan dihukum. Mereka menyamakan Allah dengan patung lembu emas. Mungkin mereka ingin seperti orang Mesir yang menyembah patung lembu. Sayang sekali, Harun pun ikut membantu mereka. Padahal aku berharap Harun bisa menuntun bangsaku di saat aku tidak berada bersama mereka. Tuhan akan membinasakan mereka. Namun, Tuhan yang murah hati telah mendengarkan permohonan doaku untuk tidak menghancurkan semua orang. Tuhan masih memberikan kesempatan bagi mereka yang mau kembali ikut Tuhan.

Setelah aku memecahkan 2 loh batu itu, aku memberikan pilihan kepada bangsaku. Siapakah yang mau ikut Tuhan maka dia boleh berada di pihakku. Ternyata, hanya kaumku, yaitu suku Lewi saja yang mau ikut Tuhan. Sedangkan suku-suku lain memutuskan untuk tidak ikut. Oleh sebab itu, mereka dihukum mati oleh saudara-saudara dari suku Lewi. Ini adalah hukuman yang harus diterima karena telah melanggar perintah Tuhan. Akhirnya, Tuhan memulihkan kembali orang-orang yang mau kembali kepada-Nya.

Beginilah cerita pengalamanku sewaktu memimpin bangsa Israel. Sangat sulit dan tidak mudah.


Saudaraku yang dikasihi Tuhan. Kita sudah mendengarkan cerita pengalaman dari Musa. Dia seorang yang disebut sahabat Allah. Dia lemah lembut dan mengasihi Tuhan serta mengasihi bangsanya. Saat bangsanya berbuat dosa, melanggar perintah Tuhan, dia memohon agar Tuhan memberikan pengampunan. Dosa bangsanya tetap harus ditebus dengan pengorbanan, yaitu hukuman yang dijatuhkan. Namun, Tuhan menjawab permohonannya agar memberikan kesempatan kepada mereka yang mau kembali pada Tuhan. Kita bisa belajar di sini, Allah adalah Allah yang Suci dan Kudus, Dia tidak akan membiarkan dosa. Namun, Dia juga Allah yang penuh belas kasihan, Dia memberikan kesempatan kepada orang yang mau percaya dan mau bertobat.

Kita bisa belajar bahwa perintah Tuhan harus ditaati. Jangan membiarkan diri kita jatuh dalam penyembahan berhala dalam bentuk modern, seperti kita menganggap diri kita hebat, menganggap diri mampu dan tidak perlu Tuhan, atau kita mengidentikkan Tuhan dengan barang-barang tertentu. Ini adalah kejahatan di mata Tuhan.

Bagaimana supaya kita tidak jatuh dalam dosa penyembahan berhala, yaitu kita mesti dekat dengan Tuhan. Kita tidak menjauhkan diri dari ibadah dan persekutuan orang percaya, berdoa dan membaca firman Tuhan secara pribadi. Dekat dengan Tuhan membuat kita mengerti perintah Tuhan, membuat kita mau taat. Roh Kudus menguatkan kita. Seperti Tuhan Yesus, Dia selalu mempunyai waktu yang khusus untuk Allah Bapa, Dia berdoa, Dia melayani bahkan Dia memberikan diri-Nya untuk diserahkan, disalibkan, untuk menebus dosa manusia. Dia juga menghadapi godaan tetapi Dia tetap teguh dan tidak goyah.

Mencari Bentuk

Bentuk, apakah perlu? Bentuk itu perlu dan kita butuh bentuk.
Bentuk menyatakan keteraturan. Bentuk memberikan wawasan dan pembatasan.
Supaya tidak salah menilai atau menata. Bentuk wajah, bentuk rumah, bentuk bumi, bentuk organisasi, bentuk...., bentuk lainnya.

Tidak mudah mencari sebuah "bentuk". Tapi, suka atau tidak suka kita harus mendapatkan bentuk? Kita siap dibentuk, kita siap mencari bentuk. Bentuk apa????
Silahkan teman2, khususnya yang sering ngumpul di Jeruju, di rumah teman kita, tempat diskusi kita, mari bersama mencari bentuk

Dikomentari ya..... bentuk apa yang sedang kita cari dalam hidup ini.

selamat mencari bentuk.........

Selasa, 05 Agustus 2008

Di Rumah Duka

Halo, teman2, I'm back, ayo nulis lagi. Kan, udah belajar nulis cerpen, di sini ni..... kita tuangin ide kita. Ojo lali ya, don't forget, pu yau wang ci, ....... selamat menulis lagi....lagi....lagi ............. God gives you chance, take it for God's Glory........


Dalam hidup manusia ada banyak hal yang menyenangkan. Salah satunya adalah hidup itu sendiri. Namun ironisnya, tidak semua berpendapat hidup menyenangkan. Mengapa? Terlalu banyak tekanan dan kekuatiran di dalamnya. Saat manusia di dunia dia akan menjalani hidup yang bergulir, dari suka duka, atau duka suka sampai ajal menjemput dia. Ini akan terus berputar bagi seluruh umat manusia. Ia datang silih berganti. Lalu, apakah mati itu jauh lebih baik? Mungkin ya, mungkin juga tidak.

Di salah satu putaran yang ditemukan dalam rumah duka adalah nuansa kedukaan, kesedihan, dan kehilangan. Orang yang berduka adalah orang yang ditinggal, bukan orang yang meninggalkan. Kita tidak menemukan orang yang sudah meninggal, lalu menyatakan diri sedih karena meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Orang meninggal tidak merasakan apa yang sedang kita (orang hidup) rasakan. Tubuh jasmani terbaring kaku, tidak ada nafas, tidak ada rasa, semua sudah tiada. Dia sudah menjadi barang yang mati. Hanya yang hidup yang bisa merasa. Jadi, orang yang hidup yang paling merasakan duka.

Saya lalu teringat apa kata pengamsal bahwa lebih baik di tempat duka daripada di tempat pesta (suka). Lalu muncul pertanyaan "apa yang lebih baik?" Saya lalu mengingat kembali setiap acara perkabungan, penutupan peti, keberangkatan jenazah, dan penghiburan bagi keluarga. Di rumah orang yang berduka, wajah mereka dihiasi dengan kesenduan, linangan air mata, dan kelesuhan karena kurang tidur. Lalu apa sukanya? Semakin direnungkan seperti tidak ada suka di rumah duka. Tetapi, ternyata di balik duka bagi orang yang hidup, ternyata juga ada suka bagi orang yang mati ataupun hidup. Suka karena orang yang meninggal dalam Kristus, dia kembali kepada Allah Bapa di surga. Suka kerena meninggalkan kefanaan. Suka karena di pangkuan Sang Khalik. Suka juga bagi orang yang hidup, mereka dihiburkan, mereka diajar untuk berjalan dalam terang kasih Tuhan, untuk setia dan percaya hanya kepada Tuhan Yesus, hidup bukan untuk diri sendiri juga bagi sesama.

Mari kita belajar menemukan "suka" di rumah duka.

Jumat, 30 Mei 2008

Ngumpul Yok

Halo teman-teman Kelompok PA kembali untuk bersatu, istilah unity in diversity cukup baik bagi kita. Semua mewarnai dinamika perkembangan dari kelompok PA.

Kita ngumpul lagi bahasin masalah perkembangan pelayanan yang ada. Bukankah pemuda adalah ujung tombak dalam kreasi untuk menemukan solusi-solusi yang tepat bagi setiap permasalah yang kita hadapi.
Waktu merenung diperlukan. Kita akan berangkat ke Pantai Kura-kura, untuk refreshing dan sharing. Ingat dan doakan tanggal 6-7-8 Juli 2008. Siapkan waktu (ingat cutinya), sikapkan Hati (ingat semangatnya) dan siapkan kesehatan (ingat tubuhnya).

Ayo, semua bergabung lagi, bikin blog dan ambil bagian dalam menuliskan ide-ide yang pernah dituangkan dalam diskusi non-formal yang kita lakukan.

Rabu, 23 Januari 2008

LastMinutes-dorongan

Salam hangat buat semua yang ngumpul di rumah kak Se. Ayo gabung blogger. Kita tuangkan konsep dan inovasi bagi setiap kegiatan positif yang membangun diri.

Fist Launching

Hidup di dunia penuh perjuangan. Ada kalanya susah. Ada kalanya mudah. Semua ada dalam satu wadah, yaitu kehidupan. Ada yang terencana, ada yang muncul tiba-tiba. Semua datang silih berganti. Namun yang tersisa ada adalah waktu yang terakhir. "Last Minutes" adalah lambang keinginan untuk menghargai waktu dan hidup itu bagi pemilik. Konotasi negatif dalam istilah ini adalah segala sesuatu yang dikerjakan tidak dalam perencanaan yang baik. Namun ada penafsiran yang lebih positif, bahwa "masih" ada kesempatan di waktu yang terakhir. Kalau itu kesempatan, maka "mesti" digunakan dengan optimal. LastMinutes, suatu blog yang digunakan untuk mengingat pemiliknya lebih menghargai waktu yang tersisa .......