Jumat, 30 Januari 2009

Kemeriahan Imlek tahun ini

Tahun 2560, tahun baru imlek, tahun yang bisa dihitung dari perkiraan tahun kelahiran Filsuf Kong Tze, 551 + 2009. Tahun ini, di kota kelahiranku begitu meriah. Malam menyambut tahun baru imlek diwarnai dengan indahnya kembang api yang kurang lebih 1 jam dibunyikan di sepanjang jalan Gajahmada (china town-nya Pontianak). Banyak orang berduyun-duyun, berjalan kaki, naik motor roda dua, dan bahkan mengendari roda empat, berdempet-dempetan di jalan, untuk menyaksikan perayaan malam imlek. Saya hanya mendengar suara kembang api yang menggelegar di langit yang cerah. Sekali-kali saya keluar rumah untuk melihat-lihat. Saya senang bukan karena hanya acara yang meriah, kembang api yang begitu banyak diluncurkan ke langit, tetapi ada yang lebih "heboh" dan "meriah", yaitu kami sekeluarga bisa berkumpul di rumah orang tua. Waktu kami bisa menghabiskan bersama untuk bercerita. Ini memang bukan di malam imlek, tetapi di hari pertama (ciu it - dialek tiociu). Kami berkunjung, bercerita di rumah sanak famili bersama papa dan mama.
Kemeriahan semakin nyata, saat suasana aman dan terkendali. Tidak ada kejadian yang menakutkan. Tidak ada keributan yang menghantui kami merayakan tradisi imlek ini. Memang, musim semi tidak ada di Pontianak, tetapi warisan tradisi musim semi, sebagai momen untuk bersyukur pada Tuhan yang memberi kehidupan bagi umat manusia. Saya, merayakan dengan ucapan syukur pada Tuhan Yesus yang telah memberikan makna hidup yang sesungguhnya, yaitu pembebasan dari dosa, kekuatan menjalani hidup ini.
Kemeriahan semakin nampak, saat saya menyadari tahun ini, tahun kembali bersatu dengan keluarga besar.

Tidak ada komentar: